PENGENDALIAN DIRI
“Orang yang tak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya.” Amsal 25:28 Sering kita jumpai ada banyak orang Kristen yang hidupnya menjadi ‘batu sandungan’ bagi orang lain karena memiliki tabiat yang kurang terpuji: mudah marah, ucapan tidak terkontrol, suka menjelekkan orang lain, menghakimi, menggosip… intinya kedagingan mereka masih sangat dominan. Mereka tidak mampu mengendalikan diri. Apa itu pengendalian diri? Secara etimologis, kata pengendalian diri berasal dari bahasa Yunani, “egkrateia” yang artinya ketenangan dan pengendalian atas dorongan-dorongan yang timbul dalam hati dan pikiran demi pencapaian hidup yang lebih baik. Pengendalian diri adalah sebuah sikap tegas tidak mau dikuasai oleh keinginan-keinginan duniawi, atau tidak berkompromi terhadap segala hal yang berlawanan dengan kebenaran. Banyak contoh dalam Alkitab tentang orang-orang yang memiliki penguasaan diri. Daud dapat menguasai diri sehingga enggan membunuh Saul meskipun ia memiliki kesempatan balas dengan terhadap kejahatan yang dilakukan Sauld terhadapnya. Saat melihat Saul berada di dalam gua, “…berdebar-debarlah hati Daud, karena ia telah memotong punca Saul; lalu berkatalah ia kepada orang-orangnya: ‘Dijauhkan Tuhanlah kiranya dari padaku untuk melakukan hal yang demikian kepada tuanku, kepada orang yang diurapi TUHAN, yakni menjamah dia, sebab dialah orang yang diurapi TUHAN.’ ” (1 Samuel 24:6-7). Yusuf, pemuda yang takut akan Tuhan, digoda dan dibujuk oleh istri Potifar, “Marilah tidur dengan aku.” Tetapi Yusuf meninggalkan bajunya di tangan perempuan itu dan lari ke luar.” (Kejadian 39:12). Yusuf dapat menguasai dirinya dari perangkap istri tuannya itu dan menjaga kekudusan dengan tidak mencemarkan diri. Itulah sebabnya kehidupan Yusuf semakin berkenan di hadapan Tuhan. Pengendalian diri berkenaan dengan komitmen seseorang untuk hidup benar, membangun kebiasaan-kebiasaan yang baik disertai tekad untuk meninggalkan, membuang, dan menghancurkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang membawa seseorang makin jauh dari jalan Tuhan. Penguasaan diri tidak datang dengan sendirinya tetapi melalui suatu proses yaitu tunduk pada pimpinan Roh Kudus; tanpaNya mustahil kita dapat menguasai diri terhadap musuh. Roh Kudus. Roh Kuduslah yang memimpin dan mengendalikan sehingga kita bisa digerakkan, dicerahkan dan dipimpin-Nya. Untuk bisa mengendalikan diri dibutuhkan kemauan, tekad, semangat dan kerja keras, karena “…roh memang penurut, tetapi daging lemah.” (Matius 26:41). Pengendalian diri penting sekali bagi orang percaya karena merupakan syarat utama mengikut Yesus. “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” (Matius 16:24). Mampu mengendalikan diri berarti “…menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus,” (2 Korintus 10:5). Rasul Paulus bertekad, “…aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.” (1 Korintus 9:27). marilah kita melatih diri dalam pimpinan Roh Kudus untuk menguasai diri sendiri mulai dari hal sederhana seperti mengendalikan makanan dan minuman, dalam hal berpakaian, dalam hal hobi, kesukaan sampai mengendalikan amarah dan mengendalikan keinginan-keinginan jasmani lainnya. Tinggal dalam fimanNya dan mengijinkan Roh Kudus bekerja adalah kunci untuk memiliki penguasaan diri!