Bersyukur atas Makanan
Baca: ULANGAN 8:1-20
“Jadi Ia merendahkan hatimu, membiarkan engkau lapar dan memberi engkau makan manna, yang tidak kaukenal dan yang juga tidak dikenal oleh nenek moyangmu, untuk membuat engkau mengerti, bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari se (Ulangan 8:3)
Bersyukur atas Makanan
Istri saya pernah menertawakan saya karena setelah berdoa sebelum makan, saya lupa dan berdoa kembali. Anak-anak saya pun pernah mengalaminya. Hal itu memperlihatkan bahwa kami sering tidak benar-benar mengucap syukur kepada Sang Pemberi makanan yang terhidang. Padahal bersyukur atas makanan memiliki sejarah panjang dan makna yang dalam.
Dalam perjalanan keluar dari Mesir, orang Israel kelaparan. Maka TUHAN pun mencurahkan makanan penuh gizi yang disebut manna dari langit.
Manna memberi kekuatan sehingga kaki orang Israel tidak bengkak sekalipun harus berjalan jauh (ay. 4). Jauh melebihi sekadar memberi makanan sehat, Allah sebetulnya mendidik orang Israel dengan penuh rasa sayang (ay. 5). Yaitu agar Israel senantiasa menaati perintah TUHAN dan menghormati-Nya (ay. 6).
Juga agar Israel mengingat bahwa manusia tidak hidup oleh makanan jasmani saja, melainkan dari firman Tuhan sebagai makanan rohani mereka.
Setiap hari DIA mengirimkan mereka manna, yang akan menunggu mereka di luar tenda.
Tapi ketika mereka bersiap memasuki tanah yang dialiri susu dan madu, tanah kelimpahan, TUHAN memberi mereka peringatan, intinya DIA berkata, “Sekarang setelah kamu memasuki tanah ini, AKU mau kamu mengingat AKU. Setelah kamu makan dengan kenyang, jangan lupakan TUHAN.”
Kemakmuran cenderung membuat kita berbangga diri dan mengandalkan diri sendiri.
Kadang kita merasa tidak membutuhkan ALLAH saat kita mempunyai gaji, investasi, karir, rumah, kesehatan, atau keluarga yang baik.
Sangat menarik bahwa Ulangan 8:3 ini jugalah yang dipakai oleh Yesus untuk melawan pencobaan dari Iblis.
Ketika itu, Yesus kelaparan karena berpuasa. Maka, bila kita masih diizinkan untuk lapar saat ini, hal itu adalah karena Tuhan menginginkan kita memiliki kerendahan hati.
Ketika kita mempunyai banyak materi, kita mudah melupakan ALLAH.
Kita cenderung menganggap berkatNYA ialah hal yang biasa. Namun kesulitan mengingatkan kita dan membuat kita rendah hati.
Jadi, jika kini kita berada pada titik dimana hidup kita tengah berjalan dengan cukup baik, itu hal yang luar biasa.
Tapi inilah yang ingin saya katakan bahwa: Jangan lupakan TUHAN, muliakan namaNYA dalam keadaan apapun.
Ketika kita memiliki makanan yang baik, patutlah kita bersyukur atas pemeliharaan Tuhan yang ajaib. Kita pun perlu senantiasa mengingat bahwa kelengkapan gizi bukan saja karena adanya makanan dengan menu yang sehat. Kita membutuhkan firman Tuhan agar rohani kita pun bertumbuh kuat dan sehat.
UCAPLAH SYUKUR ATAS MAKANAN SEMBARI TERUS BELAJAR RENDAH HATI DAN MEMAHAMI SERTA TAAT AKAN FIRMAN-NYA. Amin.