“Dan selama ia mencari Tuhan, Allah membuat segala usahanya berhasil.”
“Dan selama ia mencari Tuhan, Allah membuat segala usahanya berhasil.” 2 Tawarikh 26:5b
Berhasil atau sukses dalam hidup menjadi salah satu yang ingin dicapai oleh setiap orang. Baik orang Kristen yang notabene adalah umat Tuhan maupun yang bukan orang Kristen.
Apa kunci keberhasilan seseorang? IQ yang tinggikah? Bisa saja. Karena orang yang demikian dapat menggeser orang-orang lain yang kurang cerdas.
Apakah karena relasi yang luaskah? Bisa jadi. Karena orang dengan relasi luas bisa mendapatkan kemudahan di mana-mana. Ataukah karena Uang? Bisa juga. Bukankah ada ungkapan yang berbunyi “money rules”?
Kalau kita memperhatikan kutipan firman Tuhan di atas, memang sangat menarik untuk selidiki kehidupan dari raja Uzia.
Uzia bisa dikatakan sebagai seorang remaja yang luar biasa, memiliki nilai plus dibanding dengan rekan-rekan sebanya di mana dia dinobatkan menjadi raja atas Yehuda pada usianya yang masih sangat belia, yaitu enam belas tahun, untuk menggantikan ayahnya, Amazia.
Bila mengandalkan kekuatan sendiri dipastikan Uzia tidak akan mampu menjalankan tugasnya sebagai raja. Tetapi oleh karena Uzia mengandalkan Tuhan dan melakukan apa yang benar di mata Tuhan, maka segala sesuatu yang dikerjakannya dibuat Tuhan berhasil. Ada dua hal yang menjadi renungan melalui hidup Yosia:
1. memimpin/ melakukan dengan benar dihadapan Tuhan
Dicatat oleh penulis kitab Tawarikh dengan jelas bahwa: “Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN” 2 Tawarikh 26:4a.
Raja Uzia tahu bahwa ada Tuhan yang maha tahu dan maha melihat. Itu sebabnya dalam melaksanakan tugas kenegaraan atau tugas kerajaan, Uzia sungguh melakukan yang benar. Tidak ada penyimpangan karena dia menaruh hormat kepada Tuhan.
Hatinya takut kepada Tuhan. Hal itulah yang menjadi pagar bagi dirinya sehingga dia tidak melakukan hal-hal yang menyimpang dari kebenaran Tuhan. Raja Uzia tentu memiliki kesempatan dan peluang yang besar untuk memanfaatkan jabatannya mendapatkan keuntungan. Namun dia tidak melakukannya dan memilih untuk hidup dan memimpin secara benar dihadapan Tuhan.
.
Dua, memprioritaskan Tuhan secara total.
Penulis kitab Tawarikh menegaskan bahwa: “Ia mencari Allah selama hidup Zakharia, yang mengajarnya supaya takut akan Allah” 2 Tawarikh 26:5a.
Sebagai seorang raja, Uzia pastilah memiliki kesibukan yang luar biasa. Waktu-waktunya sudah terisi dengan agenda kerajaan.
Namun, semua agenda kerajaan, bukanlah menjadi alasan bagi raja Uzia untuk tidak memprioritaskan Tuhan. Raja Uzia tahu betul bahwa kalau dia menjadi raja memimpin Israel itu karena Tuhan. Itulah sebabnya dia sangat bergantung penuh kepada Tuhan.
Raja Uzia juga tahu dirinya sangat terbatas. Dia tidak bisa mengandalkan hikmat dan kekuatan serta kuasa yang ada padanya. Itulah sebabnya raja Uzia mencari Tuhan senantiasa. Dia menjadi intimasinya dengan Allah Israel karena dia tahu sumber keberhasilan berasal dari Tuhan.
Dari pemaparan di atas tentang raja Uzia, maka kita bisa menemukan bahwa kita juga bisa berhasil dalam hidup kita bila kita melakukan apa yang dilakukan oleh raja Uzia. Mengapa? Karena raja Uzia adalah manusia biasa yang sama dengan kita. Allah yang diandalkan dan diutamakan oleh raja Uzia adalah Allah yang sama yang kita andalkan dan utamakan dalam hidup kita.
Karena itu, jika Allah yang dipercayai oleh raja Uzia bisa membuat dia berhasil, maka kita juga mengimani dan mengaminkan bahwa Allah itu juga akan membuat kita berhasil dalam hidup, karier dan pelayanan kita. Yang penting ialah kita harus hidup benar di hadapan Tuhan dan senantiasa memprioritaskan Tuhan secara total.
Oleh karena itu andalkan Tuhan dalam segala hal. Dialah yang menjadi jaminan hidup kita sepenuhnya. Ketika Tuhan Yesus menyertai langkah hidup kita, perkara-perkara besar dan ajaib pasti akan terjadi sehingga hidup kita menjadi kesaksian banyak orang.
“Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita,” Efesus 3:20