Damai sejahtera di melampaui ketakutan
Maka kata Yesus sekali lagi: “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.” (Yohanes 20: 21)
Dimulai dari peristiwa Yesus ditangkap, para murid justru pergi meninggalkan-Nya, melarikan diri entah kemana. Dan Peristiwa kematian Yesus di kayu salib membuat murid-murid merasakan kesedihan, kehilangan, putus asa, dan ketakutan. Mereka takut jika mereka ditangkap oleh orang-orang Yahudi dan diperlakukan sama seperti Yesus.
Bahkan ketika mereka mendengar kabar kebangkitan Yesus, dibalik rasa sukacita yang dibagikan oleh para perempuan, masih ada kebimbangan dan ketakutan di dalam diri para murid.
Terlebih ketika orang Yahudi menganggap bahwa Yesus tidak bangkit. Mereka justru menuduh para muridlah yang mencuri jasad Tuhan Yesus. (bdk. Mat. 28:11-15).
Mungkin murid-murid saat itu merasa sedang dalam bahaya, karena itu mereka mengadakan pertemuan di ruang yang tertutup
Para murid Yesus telah kehilangan damai sejahtera, mengalami keputusasaan, merasa rasa tidak layak, dan ragu-ragu.
Inilah yang menjadi alasan bagi para murid yang akhirnya berkumpul dalam suatu tempat. Mereka bersembunyi dalam ketakutan mereka, menutup diri, dan mengunci rapat semua pintu. (19).
Berharap tidak ada orang Yahudi yang mengetahui keberadaan mereka saat itu. Bukan hanya pintu rumah yang tertutup rapat, tetapi juga pintu hati mereka tertutup rapat oleh ketakutan mereka.
Dalam situasi psikis murid-murid semacam itulah, Yesus menampakkan diri pada mereka.
Lalu Yesus memberi salam: “Damai sejahtera bagi kamu” (Yunani : Eirene, Ibrani : Shalom Aleichem).
Dan dalam situasi psikis ketakutan yang dialami para murid, sapaan Yesus ini sungguh dibutuhkan dan berarti.
Sapaan ini sebuah ungkapan bahwa Yesus datang membawa dan menghadirkan damai sejahtera dalam penyertaan-Nya bagi mereka yang sedang kalut, kuatir dan ketakutan.
Hadirnya Yesus tidak sedang mengubah keadaan mereka menjadi baik, tidak!
Persoalan yang dihadapi oleh para murid masih tetap ada, namun penyertaan Tuhan Yesus menenangkan hati mereka.
Damai sejahtera melampaui segala keraguan, ketakutan, ketidaklayakan, keberdosaan, dan penyesalan mereka.
Damai sejahtera itulah yang memberikan mereka keberanian untuk bangkit dari ketakutannya.
Untuk kedua kalinya, Tuhan Yesus menyapa mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu!”
Akhirnya murid-murid, percaya dan mengalami kuasa kebangkitan Kristus, yaitu damai sejahtera dan sukacita yang melenyapkan kekecewaan, keraguan, dan ketakutan.
Damai sejahtera itu semakin memenuhi ruang hati mereka dan Yesus meneguhkan dalam perutusan yang diberikan Yesus kepada mereka untuk menjadi saksi-Nya dengan menghembusi mereka: “Terimalah Roh Kudus” (ayat 22).
Tuhan juga memberikan Roh Kudus agar mereka dapat melaksanakan misi-Nya sehingga banyak orang yang percaya dan mendapatkan pengampunan dosa dan hidup kekal.
Apa yang menjadi renungan kepada kita dari hal tersebut adalah: Dalam situasi penderitaan atau pengalaman buruk yang kita hadapi, janganlah kepanikan menguasai kita. Ketika kita panik, kita akan menutup hati kita. Jika kita menutup hati kita, kita tidak akan mampu mendengar sapaan Tuhan yang menenangkan.
Melalui peristiwa ini kita maknai bahwa kebangkitan Kristus memberikan damai kepada kita untuk mampu menghadapi kehidupan yang penuh dengan tantangan, karena Tuhan kita sudah bangkit mengalahkan kematian. Amin.